Friday, June 13, 2014

Bagaimanakah efektifitas hukum indonesia terhadap hak kekebalan yang dimiliki oleh seorang diplomat?

Q.

A. Kekebalan diplomatik adalah bentuk kekebalan hukum dan kebijakan antara pemerintahan yang diberikan kepada seorang diplomat. Pemegangnya dijamin keamanannya, dalam artian hukum negara asing tak berlaku baginya. Kebijakan ini tertuang dalam konsensus hukum internasional, Konvensi Wina.
Kekebalan diplomatik bertujuan agar diplomat yang bertugas terhindar dari kesalahpahaman atau sikap pemerintah negara tujuan yang tidak ramah dan bahkan menolak kehadiran komunitas internasional. Berbekal paspor diplomat internasional itu, ia bisa bebas melaksanakan tugasnya.
Tapi bukan berarti, pemegang kekebalan diplomatik imun terhadap tuntutan hukum. Ia memang kebal terhadap hukum semua negara asing tempatnya bekerja. Namun berdasarkan Konvensi Wina, pemegang kekebalan ini tidak bisa menghindari hukum negaranya sendiri.

kenapa kekebalan tubuh mempengaruhi kesehatan ?
Q. kenapa perubahan cuaca, dapat mempengaruhi kesehatan kita ?

A. karena daya tahan tubuh memiliki sejenis antibody yang bisa menjauhkan bakteri dan virus yg merugikan tubuh.
Cuaca tidak mempengaruhi krn tergantung oleh kekebalan tubuh kita sendiri kondisi tubuh yg sehat dan makan makanan yang bergizi dapat menambah antibody.

Apakah mantan pejabat mempunyai kekebalan hukum ?
Q. Saya merasa agak kecewa dengan aparat polisi setempat atau majelis hakim yang menyidangkan kasus gugatan saya.

A. Jangankan mantan pejabat,
pejabat aktif pun sebenarnya tidak mempunyai kekebalan hukum,
yang banyak terjadi adalah praktek jual-beli perkara di jajaran penegak
hukum kita. Kekuatan uang dan kedekatan personal kadang
yang membuat proses hukum tidak dapat berjalan adil
untuk semua kalangann...

apa yang mau berbagi info tentang penyakit "lupus"?
Q. resiko terberat yang dialami seseorang bergolongan darah B adalah penyakit lupus. kebetulan sy bergolongan darah B.
apa yang harus saya antisipasi sejak dini untuk menyelamatkan tubuh sy dari gangguan "lupus" tersebut?

A. Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tubuh tetap sehat. Namun jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus
Lupus dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi .
Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.

Setelah diteliti penyebab Lupus karena faktor keturunan dan lingkungan.
Penyakit ini justru diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun.
Namun begitu, ada juga pria yang mengalaminya. Ahli menduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Karena Lupus menyerang wanita subur, kerap menimbulkan berbagai aspek kesehatan. Misalnya hubungan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir.

Namun, hal ini bisa saja terjadi sebaliknya. Artinya, justru kehamilan bisa memperburuk gejala Lupus. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.

Otoimun
Lupus merupakan penyakit yang menyerang perubahan sistem kekebalan perorangan, yang sampai kini belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini muncul akibat kelainan fungsi sistem kekebalan tubuh.

Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan.
Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat.
Kelainan ini disebut autoimunitas .

Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua
cara yaitu :.
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur.

Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.

Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan.
Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks.

Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.
Umumnya penderita Lupus mengalami gejala seperti. kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.

Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.

Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik.

Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.

Untuk sembuh total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokuspada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh.

Saya kurang tau apakah golongan darah bisa meicu penyakit lupus ?

apa si hiv hiv itu ? bahaya ga ?
Q.

A. HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang
berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.
Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun
1959 dari seorang lakiâlaki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia
terinfeksi.
Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIVâ1 dan HIVâ2.
HIVâ1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbedaâbeda
dari HIVâ1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan subâjenis (clades).
Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat sekurangâkurangnya
10 subâjenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini adalah subâjenis AâJ. Subâjenis B kebanyakan
ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan Eropa. Subâjenis C ditemukan di Afrika Selatan
dan India.
HIVâ2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan
diantara HIVâ1 dan HIVâ2, contohnya adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang sama, kedu-
anya dihubungkan dengan infeksiâinfeksi oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terin-
feksi dengan HIVâ2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat
dan lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIVâ1, maka mereka yang terin-
feksi dengan HIVâ2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.

Bagaimana HIV menular?
HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen atau air mani, cairan vagina, air susu ibu dan
cairan lainnya yang mengandung darah.
Virus tersebut menular melalui:
Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom adalah
satuâsatunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut belum dide-
teksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau persalinan dan
juga melalui menyusui.

Pengujian HIV
Infeksi HIV dapat diketahui melalui sebuah pengujian antibodi mengenai HIV. Ketika seseorang terin-
feksi dengan HIV, antibodinya dihasilkan dalam jangka waktu 3â8 minggu. Tahap berikutnya sebelum
antibodi tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai "tahap jendela". (window period)
Pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan sampel darah, air liur atau air kencing.
Pengujian yang cepat ada dan menyediakan suatu hasil diantara 10â20 menit. Suatu hasil positif
biasanya menuntut suatu test konfirmatori lebih lanjut.
Pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelumâselamaâdan sesudahnya

Bagaimana HIV bekerja?
Untuk mengerti bagaimana virus tersebut bekerja, seseorang perlu mengerti bagaimana sistem kekebal-
an tubuh bekerja. Sistem kekebalan mempertahankan tubuh terhadap infeksi. Sistem ini terdiri dari
banyak jenis sel. Dari selâsel tersebut sel Tâhelper sangat krusial karena ia mengkoordinasi semua sis-
tem kekebalan sel lainnya. Sel Tâhelper memiliki protein pada permukaannya yang disebut CD4.
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel Tâhelper dengan melekatkan dirinya pada protein CD4.
Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA
(ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang dise-
but reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia, yang mana, daripada
menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virusâvirus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virusâvirus yang baru. Virusâvirus
baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih
banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem keke-
balan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakitâpenyakit yang
lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan selâsel yang terinfeksi dan
mengantikan selâsel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali
dirinya.
Jumlah normal dari selâsel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800â1200 sel/ml kubik darah.
Ketika seorang pengidap HIV yang selâsel CD4+ Tânya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin
mudah diserang oleh infeksiâinfeksi oportunistik.
Infeksiâinfeksi oportunistik adalah infeksiâinfeksi yang timbul ketika sistem kekebalan tertekan. Pada
seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksiâinfeksi tersebut tidak biasanya mengancam
hidup mereka tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.
Tanpa perawatan




Powered by Yahoo! Answers

No comments:

Post a Comment