Thursday, August 29, 2013

wanita epilepsi boleh hamil atau tidak?

Q. isteri saya menderita epilepsi sekarang minum obat lamictal/lamotrigine.
tapi kami ingin merencanakan untuk mempunyai anak, boleh engga ya?
trims untuk jawabannya!

A. Lamictal merupakan obat antiepilepsy golongan C, apa artinya?
Ada 5 golongan obat aman untuk ibu hamil menurut Food and Drug Administration (Badan POM-nya Amerika) yaitu A, B, C, D, X.

Lamictal merupakan obat yang berkategori C : hanya dipakai bila efek lebih menguntungkan dibandingkan resiko pada janin, karena efek nya pada hewan ada sedikit gangguan namun pada manusia belum terbukti. Jadi masih bisa bila istri anda ingin hamil.

Saran saya : gunakan pada dosis efektif untuk epilepsi sekaligus mengkonsumsi banyak asam folat pada masa kehamilan dapat mencegah malformasi pada bayi (resiko pembentukan janin gagal = 4-5% saat mengkonsumsi lamictal).

Semoga membantu
^_^

Misalnya kamu menderita epilepsi?
Q. misalnya kamu askit epilepsi/ayan,trus waktu jalan sm temen/pacar penyakit kamu kumat..apakah kamu merasa minder trus menjahi dia/mereka?

A. Kita tidak perlu malu untuk mengungkapkan, bahwa kita sakit epilepsi, agar mereka mengerti sebelumnya.

Mereka yg mengerti pasti siap melindungi kita, jika suatu saat penyakit itu datang.

Jadi tidak perlu minder dan menjauhi mereka, jika mereka memang senang besama kita.

@ Salam.

Gan, apakah penyakit Epilepsi bisa di turunkan ke Anak dan Cucu ?
Q. Gan, ada seorang Bapak yang mengalami epilepsi berumur 60 tahun. Dan seorang ibu tidak ada mengalami epilepsi.
Dan mempunyai anak 3 orang yang sudah berumur 25 tahun keatas yaitu 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Tapi dilihat dari ke 3 anak tersebut tidak ada mengalami epilepsi semenjak dari kecil.

1.Apakah kemungkinan epilepsi juga bisa terjadi pada ke 3 anak tersebut dalam umur semasa dewasa sekarang ???
2. Apakah suatu saat ke tiga anak tersebut menikah juga resiko ditularkan kepada anak - anaknya ??

Terimakasih
( kasus dalam keluarga )

A. Kemungkin diturunkan ke anak dan cucu memang ada, tetapi hal itu tidak sering terjadi.

Jangan kuatir, epilepsi bisa disembuhkan:
Sekitar 80% dari epilepsi dapat dikontrol dengan obat-obatan. Jika obat gagal mengontrol epilepsi, pasien dapat mempertimbangkan mengambil langkah operasi. Operasi juga tidak menjamin kesembuhan 100%, namun kemungkinan besar akan mampu mengurangi frekuensi serangan.

Namun tidak semua epileptik menderite epilepsi yang cocok untuk dioperasi. Kecocokan ini berdasarkan jenis epilepsi yang dialami.

Menurut dr Ira, epilepsi grandmal sulit untuk dioperasi karena kita tidak dapat memastikan awal terjadinya epilepsi. Epilepsi parsial lebih memungkinkan untuk dioperasi karena biasanya serangan dimulai dari daerah kecil di tubuh. Nah, dengan itu dokter bisa memperkirakan titik awal terjadinya epilepsi.

Diagnosa ini kemudian dicocokkan dengan hasil EEG. EEG ini harus dilakukan ketika serangan epilepsi terjadi sehingga hasilnya dapat menunjukkan pola awal serangan yang dapat diasosiasikan dengan daerah saraf tertentu. Jika selama tes tidak terjadi serangan, tes harus diulang. Sehingga biasanya pasien dipersiapkan untuk mendapat serangan dengan memancing pemicu, misalnya sengaja dibuat kelaparan atau stress.

Terkadang MRI juga dilakukan untuk menentukan sumber epilepsi (misalnya apakah ada tumor dll).

Semua hasil ini kemudian dicocokkan untuk mengambil kesimpulan. Jika hasil-hasil ini tidak mengarah pada sumber yang sama, operasi tidak dapat dilakukan.

Letak sumber juga menentukan. Jika sumber berada di otak bagian samping kepala, operasi lebih memungkinkan karena bagian otak ini tidak terlalu banyak berhubungan dengan fungsi saraf yang penting. Namun jika berada di otak besar (di bagian tengah kepala), kemungkinan besar dokter tidak akan menyarankan operasi karena terlalu beresiko.

Jika semua kondisi sesuai dengan persyaratan operasi, maka operasi dapat dilakukan. Saat ini, sepertinya hanya dokter Zainal Muttaqin yang mampu melakukan operasi ini. Beliau juga sepertinya melatih beberapa dokter lain untuk ini.

Salah seorang pasien beliau, Aska, menceritakan pengalamannya menjalani operasi. Setelah menjalani tes, didapati bahwa epilepsi Aska berasal dari otak dibagian samping. Persyaratan lain pun terpenuhi sehingga Aska menjalani operasi.

Aska bercerita bahwa sesudah dioperasi, kondisinya tidak langsung normal dan masih diperlukan masa pemulihan. Awalnya dia kesulitan mengingat. âBahkan jika dititip membeli sesuatu, aku akan lupa apa itu. Awalnya harus menelpon ke rumah berkali-kali.â

Dia terus melakukan latihan otak, seperti berusaha mengingat tanpa mencatat, dan melakukan terapi seperti koordinasi tubuh dll, akhirnya setelah setengah tahun, kondisinya kembali normal.

Sesudah operasi, dia juga masih mengkonsumsi obat. Tetapi sejalan dengan waktu, dosis obat dikurangi dan dia sangat beruntung karena sekarang dia sudah bebas obat sama sekali.

âTidak semua orang bisa bebas obat. Namun, kondisi umumnya akan membaik. Misalnya dulu harus makan 3 macam obat, sesudah operasi mungkin cukup makan 1 saja. Kalau dulu dosisnya tinggi, sesudah operasi bisa dikurang,â kata dr Ira.

Bagaimana cara menghentikan pengobatan epilepsi?
Q. Kapan seorang penderita epilepsi yang rutin mengkonsumsi obat epilepsi dapat menghentikan pengobatannya?
Apa saja kriterianya dan bagaimana jika kriteria tidak terpenuhi?

A. Pengobatan epilepsi seharusnya dilakukan secara teratur. Penghentian obat secara mendadak dapat mengakibatkan serangan baru yang dapat memiliki dampak yang serius seperti serangan epilepsi beruntun (status epileptikus). Serangan epilepsi yang muncul akibat penghentian obat secara mendadak dapat menyebabkan kerusakan saraf dan menyulitkan terapi berikutnya. Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap dan dosis obatnya diturunkan perlahan...

Biasanya pengobatan epilepsi dapat dihentikan apabila kejangnya sudah tidak kambuh lagi & pada CT scan otak menunjukkan gambaran normal..

Apakah benar Paulus menderita epilepsi?
Q. Link berikut menyebutkan Paulus dari Tarsus menderita epilepsi/ayan

http://id.wikipedia.org/wiki/Epilepsi#Orang-orang_terkenal_dengan_ayan
Ayan tidak identik dengan orang yang mengalami keterbelakangan mental. Berikut ini adalah beberapa dari sekian banyak orang ternama yang menderita ayan.

* Penulis: Dante, Moliere, Sir Walter Scott, Edgar Allan Poe, Lord Byron, Percy Bysshe Shelley, Alfred Lord Tennyson, Charles Dickens, Lewis Carroll, Fyodor Dostoevsky, Gustave Flaubert, Leo Tolstoy, Agatha Christie, Truman Capote.
* Pemimpin Dunia: Alexander Agung, raja Makedonia, Julius Caesar, Napoleon Bonaparte, Harriet Tubman.
* Olahragawan: Marion Clignet, Buddy Bell, Bobby Jones.
* Ilmuwan: Isaac Newton, Alfred Nobel.
* Tokoh Agamawi: Santo Paulus, Jeanne d'Arc, Søren Kierkegaard.
* Penggubah: George Frederick Handel, Niccolo Paganini, Peter Tchaikovsky, Ludwig van Beethoven.
* Aktor: Richard Burton, Michael Wilding, Margaux Hemingway dan Danny Glover.

http://www.epilepsiemuseum.de/alt/paulusen.html
"In old Ireland, epilepsy was known as 'Saint Paul's disease'. The name points to the centuries-old assumption that the apostle suffered from epilepsy.

To support this view, people usually point to Saint Paul's experience on the road to Damascus, reported in the Acts of the Apostles in the New Testament (Acts 9, 3-9), in which Paul, or Saul as he was known before his conversion to Christianity, is reported to have a fit similar to an epileptic seizure: '...suddenly a light from the sky flashed around him. He fell to the ground and heard a voice saying to him: ''Saul, Saul! Why do you persecute me?''...Saul got up from the ground and opened his eyes, but he could not see a thing... For three days he was not able to see, and during that time he did not eat or drink anything.'"
Paulus sepertinya mengakui kalau dia ada penyakit "serius".

LAI BIS

2Korintus 12:7-8 Tetapi supaya saya jangan terlalu sombong karena penglihatan-penglihatan yang luar biasa itu, saya diberikan semacam penyakit pada tubuh saya yang merupakan alat Iblis. Penyakit itu diberikan untuk memukul saya supaya saya tidak menjadi sombong. Tiga kali saya berdoa kepada Tuhan supaya penyakit itu diangkat dari saya.

Gal 4:13-14 Kalian tentu masih ingat apa yang menyebabkan saya pada mulanya memberitakan Kabar Baik itu kepadamu. Sebabnya ialah karena saya jatuh sakit. Pada waktu itu kalian tidak merasa jijik terhadap saya, meskipun keadaan badan saya merupakan cobaan yang besar bagimu. Kalian malah menerima saya seperti menerima malaikat Allah atau seperti menerima Kristus Yesus sendiri.
@lam alif, saya nanya aja kok. Kamu tinggal jawab benar atau tidak benar dan memberikan bukti dan alasan-alasannya.
@jims, bagaimana dengan pengakuan Paulus terhadap penyakitnya? Penyakit apakah itu?
Bandingkan dengan Kisah Para Rasul pasal 9. Gejela2 yang dialami Paulus mengindikasikan bahwa dia terserang epilepsi.

A. Epilepsi bukan berarti kebodohan, keterbelakangan mental. Ini penyakit biasa pada umumnya. Epilepsi bukanlah aib.

Sejumlah tokoh besar juga merupakan penyandang epilepsi dan epilepsi bukanlah aib bagi mereka dan tidak menghilangkan atau mengurangi ketokohan mereka. Sebut saja socrates, napoleon dsb. Penyakit yang mereka derita tenggelam oleh kepopuleran mereka dalam hal yang lain.

Adapun santo paulus termasuk ke dalam tokoh tokoh yang diduga kuat mengidap epilepsi. Ini bukan propaganda non-kristen terhadap kristen sebagaimana propaganda kristen"muhammad mengalami epilepsi" oleh teofanus, sejarawan kristen. Melainkan memang termasuk dalam kajian para ahli syaraf hingga masa kontemporer.

Penyakit epilepsi yang diderita santo paulus memang cukup populer. sejumlah biografi dirinya yang ditulis banyak orang juga menyebutkan bahwa santo paulus mengalami 'temporal lobe epilepsy'. Gerd Ludemann, seorang professor perjanjian baru berkebangsaan jerman yang juga penulis biografi santo paulus juga menyebutkan dalam bukunya, "Paul, the founder of Christianity".

Sejumlah jurnal medis, seperti jurnal neurologi dan opthalmology juga banyak dirilis untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada santo paulus, misalnya jurnal neurology, neurosurgery and psychiatry dari situs pemerintah amerika berjudul, "St Paul and temporal lobe epilepsy." Dapan diunduh di sini http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1032067/?log%24=activity

Sejumlah jurnal ilmiah juga bisa dilihat pada situs pemerintah amerika tersebut dan tak terhitung lagi jurnal medis yang membahas mengenai temporal lobe epilepsi yang diderita oleh santo paulus.

Dengan telaah ilmiah yang ada seperti ini, rasanya tidak perlu membantah, menutup-nutupi atau malu jika tokoh agamanya menderita epilepsi




Powered by Yahoo! Answers

No comments:

Post a Comment